BIOSOLAR

Biosolar, ini adalah istilah latah, hanya ada di SPBU (Pompa Bensin). Kalau dilihat di kamus pengertiannya jauh berbeda (solar = surya atau matahari), biosolar = not found, tapi nyata bisa dibeli di SPBU2 yang berlogo Pertamina. Karena kita sudah terbiasa dengan istilah minyak solar (BBM untuk mesin2 diesel), maka teruskan saja istilahnya jadi Biosolar, ini teknik dagang.

Maksud yang sebenarnya adalah Biodiesel yang di Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Bus yang menggunakan biodiesel kedelai."Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.

Membuat biodiesel

Pada skala kecil dapat dilakukan dengan bahan minyak goreng 1 liter yang baru atau bekas. Methanol sebanyak 200 ml atau 0.2 liter. Soda api atau NaOH 3,5 gram untuk minyak goreng bersih, jika minyak bekas diperlukan 4,5 gram atau mungkin lebih. Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas atau FFA yang banyak pada minyak goreng bekas. Dapat pula mempergunakan KOH namun mempunyai harga lebih mahal dan diperlukan 1,4 kali lebih banyak dari soda. Proses pembuatan; Soda api dilarutkan dalam Methanol dan kemudian dimasukan kedalam minyak dipanaskan sekitar 55 oC, diaduk dengan cepat selama 15-20 menit kemudian dibiarkan dalam keadaan dingin semalam. Maka akan diperoleh biodiesel pada bagian atas dengan warna jernih kekuningan dan sedikit bagian bawah campuran antara sabun dari FFA, sisa methanol yang tidak bereaksi dan glyserin sekitar 79 ml. Biodiesel yang merupakan cairan kekuningan pada bagian atas dipisahkan dengan mudah dengan menuang dan menyingkirkan bagian bawah dari cairan. Untuk skala besar produk bagian bawah dapat dimurnikan untuk memperoleh gliserin yang berharga mahal, juga sabun dan sisa methanol yang tidak bereaksi".

Dari Warta Pertamina 11 Juni 2008

“Biodiesel dapat dibuat dari minyak kelapa sawit (crude palm oil /cpo) dan minyak jarak (crude jatropha oil /CJO). Namun untuk sementara ini, Biosolar masih mengandalkan CPO sebagai bahan bakunya.

Perbedaan signifikan dengan Solar tampak dari kadar sulfur Biosolar yang sangat rendah. "Sulphur content maksimal yang ditetapkan Pertamina adalah 500 ppm, jauh lebih rendah dari standar Solar 3.500 ppm dan mendekati DEX dengan 300 ppm" ujar M. Harun, juru bicara Pertamina.

Spesifikasi ini punya makna penting. yaitu Biosolar siap dikonsumsi mobil-mobil disel modern. Mesin diesel, masa kini dengan teknologi canggih seperti common-rail memang membutuhkan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah, Sebab sulfur bisa memicu karat yang bisa menyumbat saluran-saluran kecil pada sistem common-rail “.

Dengan kutipan di atas saya mau menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari program pemerintah untuk mengurangi pemakaian BBM fossil dan pengendalian polusi gas emisi.

Yang menarik adalah Dasar Hukumnya, yaitu Keppres Nomor: 10 Tahun 2006 Tentang TIM NASIONAL PENGEMBANGAN BAHAN BAKAR NABATI UNTUK PERCEPATAN PENGURANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN.

Tambah bingung nggak??

Dasar Hukumnya menyatakan Bahan Bakar Nabati, jadi ruang lingkupnya lebih luas lagi, bisa minyak sawit (palm oil), minyak sayur/goreng (cooking oil), kedelai, jarak dll.

Tapi tujuannya adalah untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran !?

Akan lebih membingungkan lagi kalau lebih didalami, karena menurut Evita Legowo:

“Tugas Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati dinilai sudah selesai dan bisa dibubarkan. Selanjutnya, untuk pelaksanaan program BBN, diusulkan dibentuk tim pengawas atau badan yang memiliki kewenangan mengambil keputusan.

Sekretaris Timnas Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) Evita Legowo, Jumat (11/5) di Jakarta, mengatakan, berdasarkan rapat pleno yang dilakukan 10 April 2007, tim menilai tugasnya sudah selesai.

Timnas Pengembangan BBN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2006. Tugas utamanya antara lain menyusun cetak biru pengembangan BBN, menyusun peta jalan (road map) pengembangan BBN, dan menyiapkan rumusan langkah pengembangan BBN untuk ditindaklanjuti instansi terkait.

"Alternatif lanjutannya ada dua, yaitu tim yang sekarang ini diperkecil atau dibentuk badan yang diberi kewenangan lebih besar," kata Evita”. (KOMPAS)

Sementara itu detikdinance.com, saat pemerintah akan menaikkan harga BBM kemarin menulis sbb:

Timnas Pengembangan Bahan Bakar Babati (BBN) kecewa karena penyerapan kebutuhan biodiesel yang diserap oleh Pertamina akan diturunkan dari 3% menjadi 1%.

Timnas juga kecewa dengan mekanisme pembelian biodiesel oleh Pertamina yang dinilai tidak memberikan kepastian bagi produsen biodiesel.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) Al Hilal Hamdi, dalam acara seminar bio energi di gedung Departemen Pertanian, Jakarta, Kamis (24/4/2008).

"Sekarang ini tingkat penyerapan biodiesel di Pertamania 2% hingga 3% bahkan akan diturunkan hanya 1%. Saya kecewa dengan Pertamina lambat sekali mengantisipasi ked epan tidak memberikan sinyal yang positif untuk industri dan pertanian," ujarnya.

"Karena dia belinya bulanan, seharusnya dibikin kontrak setahun dengan adanya kepastian pada harga tertentu, tentunya banyak industri mau, sinyal itu tidak ada, pertamina lamban sekali," katanya.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Purnardi Djojosudirdjo, menjelaskan langkah pengurangan penyerapan biodiesel oleh Pertamina disebabkan karena pihak Pertamina kesulitan menanggung beban dari selisih biaya pembelian dan penjualan yang cenderung merugi.

"Saya dengar itu dari pertamina itukan dijualnya dicampur dengan solar yang disubsidi. Ada selisih beli dari kita Rp 9.500 per liter dia harus jual Rp 4.300 per liter. Berarti ada selisih Rp 5.000 lebih itu yang tidak disubsidi oleh negara. Itu sedang dalam proses, sehingga ia tidak kuat nombokin terus, sehingga menggerogoti keuntungan," kata Purnardi.

Hingga kini, lanjut Purnardi produksi biodisel 2007 mencapai 1,5 juta kilo liter per tahun, akan ditingkatkan menjadi 5,57 juta kilo liter pada tahun 2010.
( hen / ir )

Teman2 Alumni UPNVY Yth., supaya tidak tambah bingung saya sederhanakan saja bahwa:

Intinya saya mau katakan dari zaman Orde Baru sampai sekarang Pertamina merupakan sapi gemuk untuk perahan orang-orang yang dekat dengan kekuasaan.