Choosing between Right and Easy

Sejarah Indonesia dipenuhi dengan cerita kebencian dan kekerasan, tentu saja juga dengan kasih dan sayang. Kalau kita mau mau mempunyai masa depan lebih baik seharusnya kita sebisa mungkin meninggalkan kebencian dan kekerasan serta menggantikannya dengan kasih dan sayang. Itulah yang dimaksud Heman Daly dengan: Sustainable development will require a change of heart, a renewal of the mind and a healthy dose of repentance. Itulah sebabnya kampanye Obama adalah "Change." Change or Perish.

Kita mulai saja dengan kedatangan VOC 1602 di Batavia, sudah mulai berperang dengan Sultan Agung. Kemudian peperangan ada hampir disetiap tempat di Indonesia (Diponegoro, Hasanuddin, Imam Bonjol, Teuku Umar dll). Perang tersebut adalah perang melawan ketidakadilan Penjajah. Terus terang saja diakibatkan karena Belanda adalah Penjajah yang "kebangetan" seperti Jepang. Perang dengan Belanda berlangsung sampai Perang Kemerdekaan.

Sayangnya, perang kemerdekaan dilanjutkan dengan "Baratayuda" yaitu perang antar Bangsa sendiri. Puncaknya adalah G 30 S dimana ratusan ribu (ada yang bilang kenyataannya lebih besar dari itu) orang dibunuh. Saya membaca di Amerika bahwa yang terjadi di Indonesia tersebut adalah "genocide," jadi bukan hanya di Amerika (Indian), jamannya Hitler dan di Serbia saja. Pater Brouwer dulu pernah menulis di Kompas: Memang Bangsa ini ramah dan suka senyum, tetapi hati-hati hilang kepalamu.

Saya tahu Letjen (Purnawirawan) Agus Widjojo mengkoordinir "rekonsiliasi" antar Putra Putri mereka yang bertikai tersebut (to forgive and to forget), dengan mengadakan Pertemuan Rutin. Oh ya, Ayah Pak Agus adalah salah satu dari putra Tujuh Pahlawan Revolusi (Tuparev). Kalau tidak salah empat dari Tuparev perang gerilya bersama Pak Yani ( juga Pak Sarwo Edhie), di daerah Kedu. Kalau Pak Harto gerilya di Jogya dan Pak Sarbini di Semarang.

Jaman Pak Harto juga terjadi peristiwa-peristiwa kekerasan dan orang hilang dan puncaknya adalah terjadi pembunuhan dan perkosaan menjelang kejatuhan Beliau. Kemudian ada peristiwa Kalimantan (Dayak - Madura), Ambon, Palu, Papua dan Aceh. Walaupun Komandannya dari Malaysia tapi terorisme terjadi beberapa kali di Indonesia. Waktu kami tinggal di Aparteman Ambasador ada tiga bom meledak di radius cukup dekat: di Kedutaan Malaysia, di Marriott dan di Kedutaan Australia. Sekarang ada tren "berantem" kalau Pilihannya di Pilkada kalah dan juga berantem antar anak sekolah dan antar mahasiswa.

Saya tidak pernah cerita masalah "rumah tangga sendiri" ke orang Asing, tetapi beberapa Pimpinan KPS bilang: "Frankly Pak, those attitudes scare us." Oh ya, kadang kadang kami sebagai Tim P3M ketemu mereka. Attitudes tersebut diantaranya masalah-masalah kehutanan, otonomi daerah, pembebasan tanah, cost recovery, ancaman pemutusan kontrak Tangguh, usulan persetujuan kontrak oleh DPR, ancaman perubahan kontrak dan ide nasionalisasi ala Venezuela.

Acara Seminar di Bandung tidak hanya mengenai Kontrak, tetapi juga dinyatakan Keluhan-Keluhan dari Pak Suwito, sebagai Wakil KPS. Keluhan serupa bahkan dibukukan oleh dua buku PriceWaterhouseCoop ers yang bisa diakses di Internet.Sayang, bila di Seminar kita tidak biasa mendokumentasikan pendapat-pendapat dengan baik sehingga tidak banyak "learning" darinya.

Operations Research mengajarkan bahwa Optimal Solutions untuk Constraints yang berbeda adalah berbeda. Sebagai negara pengimpor minyak dan BBM tentunya kita tidak bisa memberlakukan Harga BBM rendah seperti di Venezuela atau Negara-Negara Timur Tengah. Sebagai negara yang produksi dan cadangannya relatif kecil di Dunia, kita tidak bijaksana apabila memberlakukan "Nasionalisasi" ala Venezuela atau memberlakukan "Porsi Pemerintah yang Lebih" besar seperti Rusia. Oh ya, nama PM Rusia yang sekarang berarti "Beruang."

Indonesia memang sangat menarik sebagai "pasar" karena mempunyai Penduduk nomor 3 di Dunia, konsumsinya tinggi. Sayangnya ranking untuk investasi rendah. Investasi hulu yang menghasilkan penambahan cadangan rendah, sehingga produksinya menurun. Di ekonomi, investasi adalah lokomotif dan konsumsi adalah gerbong. Kalau lokomotifnya satu dan gerbongnya buanyak maka pasti jalannya kereta api (ekonomi) lambat.

Sebaiknya kita tidak seperti pedagang yang bilang bahwa produknya bagus, padahal tidak. Kerena sesudah tahu ditipu, pembelinya tidak beli lagi. Pikiran (kepercayaan) positif adalah sangat penting, tetapi tanpa tindakan (amal) yang positif tidak banyak manfaatnya. Di Islam disebutkan manusia rugi kecuali yang beriman (percaya), beramal soleh, saling mengingatkan atas kebenaran dan kesabaran.

Kita perlu Madiri dan Perduli terhadap nasib Sesama Bangsa, tetapi tidak berarti kita tidak perlu Bersahabat dengan Bangsa lain. Terus terang untuk eksplorasi kita masih membutuhkan Perusahaan seperti Chevron, Exxon Mobil, Conoco Phillips, BP dan Total, apalagi untuk laut dalam. Mereka adalah Tamu kita dan Nabi mengajarkan kita harus menghormati Tamu.

Lewat pergantian Tahun kami nonton Harry Potter di rumah dan ketika Harry "selamat" dari Voldemore, Dumbledore (Kepala Sekolahnya): mengatakan: " Someday, you will have to choose between what is right and what is easy." Pilihan kita, mau "benar" tetapi ,walaupun sulit, "berhasil" di jangka panjang atau mau "gampang" tetapi "standstill" tidak kemana mana.

Ranggawarsita mengatakan: "Waniya ing gampang, wediya ing pakewuh, sabarang nora tumeka." artinya: sukailah kemudahan, takutilah kesulitan, tidak ada yang diperoleh.

Semoga Tahun Baru 2009 ini kita bisa melalui "Cobaan" dengan baik, sehingga justru kita menjadi lebih baik.

Salam,

Widjajono

PS:
Waktu Kristal, putri kami, dan saya kembali dari Hanoi menuju ke Kuala Lumpur ,Oktober lalu, pesawat yang harusnya datang tengah malam terlambat 1 jam padahal kami harus check in jam 5 pagi untuk ke Jakarta (Oh ya, Ibunya pulang besoknya dan Kristal harus pulang karena kursus Bahasa Inggris). Saya bilang ke Kristal kita tidak usah cari hotel tetapi saya beliin buku dan dia setuju. Dia saya beliin "New Moon" dari Stephanie Mayer (lanjutannya "Twilight"). Saya sendiri beli "The Magic of Thinking Big" dari David Schwartz. Kami baca sampai pagi.

Buku "Thinking Big" tersebut juga bacaan Pak Jusuf Kala. Saya tahu waktu kami dari Kaukus Migas mengunjungi kediamannya. Buku tersebut menegaskan pentingnya "berpikir positif." Buku-buku serupa seperti dari Normant Vincent Peale atau "The Secret" diilhami oleh "Law of Success"nya Napoleon Hill (1983-1970). Walaupun demilian kalau ditelusuri buku terakhir ini juga diilhami oleh Ajaran-Ajaran Budha dan Kristen serta juga dibahas di Ajaran Islam.