IN MEMORIAM (I): Wahyu Tanoto

Dear moderator milis Minyak834@yahoogroups.com,

Saya mendukung dan mendorong teman-teman untuk terus mewacanakan masalah DANA ABADI, dan salam buat teman yang memulai wacana ini. Prinsipnya saya setuju dengan pendapat Eka Clarawati (BP America, Houston,TX) bahwa sebaiknya kita arahkan dana tersebut untuk hal-hal yang bersifat Sosial/Charity dulu, saya tambahkan juga untuk Scholarship (Beasiswa).

Untuk yang bersifat BISNIS kita bisa buka wacana tersendiri nanti, sekarang ini Moderator milis boleh menyimpannya dulu untuk kita agendakan pada pembahasan/forum berikutnya.

Friends...tidak satu pun diantara kita yang menginginkan terjadinya musibah, kecelakaan, sakit, kemalangan dan sebagainya. Sehingga biasanya kita tidak siap ketika hal-hal tersebut terjadi pada diri kita.

Ketika saya pertama sekali berada di kota gudeg Yogyakarta, saya tinggal di rumah abang sepupu di daerah Maguwohardjo. Saya bertetangga dengan almarhum teman kita Wahyu Tanoto (Totok/TM-82), kakinya cacat (pincang) tapi jagoan olahraga, termasuk main tenis.

Setiap hari Totok menyediakan waktu dan kendaraan vespanya untuk mengantarkan saya kemana saja saya perlu. Baik untuk urusan pendaftaran, ujian dan pengenalan kampus hingga memperkenalkan saya kepada teman-teman kampus juga untuk mengenal jalan-jalan di kota Yogyakarta.

Saya tidak memerlukan waktu yang lama untuk bersahabat dengannya.

Setiap hari Sabtu sore dia pulang ke rumah orangtuanya di desa Delanggu, Klaten. Bapaknya seorang Hakim di Klaten, rumah mereka persis dekat dengan tempat pemandian Cokrotulung. Kalau saya ikut dengan dia ke sana, kami akan berenang seharian di kolam renang sambil makan, minum dan istirahat dengan membayangkan diri kami seperti Donald Trump (lagi ngetop sih waktu itu...). Pokoknya kita bisa menikmati sebuah kehidupan desa yang asri dan tenteram...

Setelah tamat dari UPN "VETERAN" Yogyakarta, tahun 1993, saya sempat bertemu sekali dengan almarhum di Lemigas. Dia bekerja sebagai pegawai honor di Lemigas dengan beberapa teman lain seperti Ishak Suyatmo, kalau saya tidak salah. Ketika itu saya ajak Totok untuk berkenalan dengan teman dan sahabat baik saya ketika di TM-ITB Bandung, Achmad Haryadi (TM-80) yang lebih ngetop dengan panggilan A'a (Sunda = mas, abang) karena dia anak pertama dalam keluarganya.

Setelah itu saya berangkat ke Sulawesi, Makassar dan Kendari, ke kampugnya Andriano Lalang (Datalog Technology, Canada) dan Petrus Krilson (Petrochina, Papua) sudah 2 kali tuh Tana Toraja, ngurusin air minum (PDAM) . Trus 1996 saya kembali ke Jakarta hingga mudik ke Medan dan ke Jakarta lagi sekarang, tapi tidak pernah bertemu kembali dengan sahabat saya itu.

Sekitar bulan Mei 2007 yang lalu, saya ada urusan ke BPH Migas, ketemu dengan teman kita Bukhori Muslim (TM-84) dan Eddy MS (TM-84), Direktorat Gas. Dari Bukhori saya dapat info bahwa sahabat saya Achmad Haryadi (A'a) juga sudah bertugas di BPH Migas, Direktorat BBM. Seperti ada gerak di hati saya, ketika ditawarkan teman-teman untuk ketemu A'a, saya bilang, "Nanti lah... saya mau ketemu secara pribadi dengan A'a, karena saya sudah seperti keluarga dengan dia. Saya akan cari waktu yang tepat untuk ketemu dia," kata saya.

Bukhori dan kawan-kawan di BPH Migas hingga waktu itu tidak tau bahwa A'a itu alumni Teknik Perminyakan (ITB), memang sejak kuliah di Jurusan Teknik Perminyakan ITB, Bandung, A'a sangat hobby ngotak-ngatik komputer dan bahasa pemrograman. Sejak masih jaman Kalkulator Program, trus muncul PC Apple, IBM dst sampai jaman GIS dan Internet sekarang ini, proyeknya IT.

Beberapa hari kemudian atas info dari Bukhori, saya diajak Rudi Sofyan ke BPH Migas untuk ketemu A'a. Rupanya hari itu di BPH Migas akan ada acara ramah tamah dan perkenalan Anggota Komite BPH Migas yang baru dilantik oleh Menteri ESDM dengan para staff dan karyawan BPH.

Ketika kami sampai di BPH, temannya Bukhori pak MP. Simbolon (FE-Univ. Dharma Agung Medan), menawarkan kami untuk duduk di ruang tunggu sembari menanti dia memanggilkan A'a.

Tidak lama kemudian A'a keluar dari lift, terus saya salam dan peluk dia sambil kami berjalan ke ruangan kerjanya. Setelah ngobrol ngalor-ngidul tentang pekerjaan dan aktifitas, saya dan Rudi lebih banyak sebagai pendengar yang baik, A'a kemudian nyeletuk," Nald... kamu inget nggak dengan teman mu, Wahyu...Totok."

Kujawab;" Aku cuma dengar info bahwa Totok meninggal karena DM (Diabetes Melitus), selebihnya nggak tau apa-apa. Ceritanya gimana A?."

A'a mulai bercerita, bahwa sejak saya perkenalkan Totok dengannya dulu, mereka sering berkomunikasi. (Memang hal positip pertama kali yang saya lihat pada diri almarhum adalah orangnya proaktif. Tidak rendah diri, meski pun fisiknya cacat. Hanya kalau minum teh manis atau kopi, gulanya bisa 10 sendok makan... selalu manissss sekali...njowo tenan).

Kemudian Totok dan A'a berteman baik terutama dalam hal pekerjaan2 mereka di Lemigas.

Selanjutnya A'a cerita tentang saat-saat Totok sakit sampai meninggal dunia. A'a bercerita bahwa dia lah yang mengurus semua, mulai Totok memberitahu bahwa dirinya sakit, opname, kemudian meninggal dunia di Rumah Sakit hingga pemberangkatan jenasah Totok ke Klaten.

"Aku ngga ada kenal saudara-saudara Wahyu di Jakarta ini Nald, cuma karena saya anggap almarhum itu adalah kamu, maka saya urus itu semua" kata A'a. Yaahhh...

Thank's A'a, may God bless you...

Selamat jalan sahabatku Wahyu Tanoto...... you are always in memoriam.